-->

Materi Latihan_03

- October 04, 2015


ANALISIS PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) TERHADAP AKTIVA MITRA
 BMT IAIN SMH BANTEN

NIM : 1234567890
NAMA : NAMA ANDA



IAIN SMH BANTEN
2015


DAFTAR ISI
Contents


BAB 1 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Krisis Keuangan Global  telah berdampak pada krisis  perekonomian dunia,  hal ini telah  mendapat perhatian yang luas dan serius dari  para pemimpin dunia. Krisis keuangan global bermula dari  krisis mortgage di Amerika Serikat. Krisis tersebut  sebagai akibat dari  kredit macet  pada sektor  perumahan dan neraca  keuangan  Amerika Serikat  yang tidak stabil akibat defisit yang terus meningkat. Sektor perumahan Amerika Serikat yang  lebih mengutamakan pihak  ketiga atau seringkali disebut subprime mortgage tidak dapat  dikendalikan dengan baik, yang berakibat pada kredit macet. Kredit macet tersebut  kemudian mempengaruhi  fondasi lembaga otoritas keuangan yang berakibat  pada krisis  keuangan. [1]
Mengingat Amerika Serikat merupakan negara adidaya, menurunnya  keuangan  Amerika Serikat berakibat  pada menurunnya  kemampuan keuangan  dunia dan   krisis  keuangan global.
Krisis ekonomi berkepanjangan 1997 menyebabkan  negara Indonesia semakin terpukul. Resesi tersebut berakibat pada pertumbuhan ekonomi yang negatif, kira-kira 75 persen perusahaan gulung tikar, tingkat pengangguran yang tinggi, membengkaknya hutang luar negeri, dan tingginya tingkat kemiskinan.[2]
 Berdasarkan fenomena di atas perlu langkah-langkah antisipatif dalam menanggulangi dampak krisis global untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi. Menyadari peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan solusi yang terbaik karena sangat besar kontribusinya dalam perekonomian Indonesia, terbukti dapat survive di tengah perkembangan dan krisis ekonomi dahsyat yang melanda negeri ini. Seperti peningkatan kesempatan kerja, sumber pendapatan, pembangunan ekonomi perdesaan, dan peningkatan ekspor non-migas.[3]
Data BPS menunjukkan, pada tahun 2007 terdapat 49,845 juta total unit usaha di Indonesia, di mana 99,99% (49,8 juta unit usaha) adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang demikian besar menyerap tenaga kerja sebanyak 91,8 juta orang atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia. Sementara jika dilihat secara sektoral, sebagian besar populasi usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)[4] pada tahun 2007 bergerak di sektor pertanian (52,5%), di ikuti sektor perdagangan (28,1%). Sedangkan Populasi usaha berskala besar (UB), mayoritas bergerak di sektor industri sebesar 42,5%, perdagangan sebesar 26,9%, dan keuangan sebesar 10,6%.
Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga memiliki kelemahan yang dapat membuat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sulit berkembang dari pada usaha-usaha besar. Kendala utama usaha mikro informal adalah kemampuan mereka mengakumulasi aset dan mengakses permodalan. Hal ini terjadi karena sektor ini merupakam sektor yang tidak tersentuh oleh lembaga keuangan formal seperti perbankan (unbankable). Kendala aksesibilitas terhadap lembaga keuangan formal menjadi faktor yang mendukung tumbuhnya permintaan terhadap lembaga keuangan non-formal. Para pengusaha mikro informal pada akhirnya harus membayar mahal biaya-biaya dana (rente) yang mereka dapatkan dari pelepas uang.[5]
Muhammad Yunus[6], dalam biografinya mendeskripsikan pola dan hasil tindakan yang telah dilakukan di Grameen Bank. Muhammad Yunus membuktikan bahwa dengan metode yang tepat, usaha kecil yang unbankable dapat mengakses kredit dengan baik. Beliau bahkan tidak sepakat jika suku bunga yang tinggi harus ditetapkan bagi usaha mikro. Grameen Bank mampu menetapkan kebijakannya menentukan pricing yang kompetitif dengan perbankan komersial.
Berkat Grameen Bank yang dibangun Muhammad Yunus telah berhasil membantu pemberdayaan jutaan perempuan miskin di Bangladesh. Grameen Bank banyak direplika oleh negara-negara berkembang lainnya. Salah satunya di Indonesia mereplika dari Grameen Bank yaitu BMT (Baitul Maal Wat Tamwil).
Di Indonesia juga banyak program penanggulangan dalam memecahkan masalah kemiskinan melalui pengembangan keuangan mikro, seperti: P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE (Kelompok Usaha Bersama), Proyek Kredit Mikro (PKM), Program Tabungan dan Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat (Takesra-Kukesra), dan lain sebagainya. Upaya tersebut tertuang dalam UU No.39 tentang HAM pasal 11 yang menyatakan setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak. [7]
Sebagaimana telah di singgung di atas, banyak sekali program kemiskinan yang dilaksanakan tapi hasilnya belum memadai.
Dalam hal ini BMT yang berbadan Hukum Koperasi Syari’ah dapat survive terhadap gonjangan perekonomian akibat faktor eksternal. Terbukti berdasarkan data Perhimpunan BMT Indonesia, dilengkapi pencermatan atas data PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), data kementerian koperasi, serta beberapa penelitian terpisah, maka diperkirakan ada sekitar 3.900 BMT yang operasional sampai dengan akhir tahun 2010. Total aset yang dikelola mencapai nilai Rp 5 trilyun, nasabah yang dilayani sekitar 3,5 juta orang, dan jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20.000 orang.[8]
Selanjutnya pemerintah turut memberikan perhatian pada sektor usaha kecil, dengan adanya Peraturan Mentri nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha kecil dan Bina Lingkungan (PKBL), di mana BUMN akan mengalokasikan dana sebesar 2% dari keuntungan bersih setelah pajak untuk program Kemitraan. Keputusan tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, serta berpotensi mengembangkan usaha kecil dan koperasi sehingga menjadi tangguh dan mandiri, serta dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat juga mendorong tumbuhnya kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Terhadap Aktiva Mitra BMT IAIN SMH BANTEN”






B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana Pengaruh Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terhadap Aktiva Mitra BMT BIC Serang?
2.      Bagaimana dampak Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terhadap kinerja keuangan BMT BIC Serang?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengaruh Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terhadap aktiva Mitra BMT BIC Serang.
2.      Untuk mengetahui dampak perbedaan perkembangan kinerja keuangan BMT BIC Serang  sebelum dan sesudah dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.         Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi BMT BIC Serang pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di dalam mengambil keputusan untuk menentukan kebijaksanaan dalam rangka mengembangkan mitra usaha binaan.
2.         Menambah wawasan dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dengan permasalahan di lapangan sebenarnya.
3.         Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
4.         Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam pada jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten.

BAB II LANDASAN TEORI


A.    Kerangka Pemikiran
Sesuai Pasal 2 undang-undang No. 19/2003, salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat, wujudnya adalah dilaksanakannya PKBL oleh seluruh BUMN. Dari perspektif bisnis, PKBL merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya atau lebih kita kenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR).[9]
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah Badan Usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya yang salah satunya bergerak dalam bidang Mitra Usaha dan Bina Lingkungan.
Pengertian kemitraan menurut undang-undang nomor 9 tahun 1995 pada bab I dikatakan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha.

Gambar 1.1
Paradigma Penelitian



 






















Hubungan Variabel dari penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar 1.2
Hubungan Variabel Penelitian



 




                                          




B.     Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H0     =    Penyaluran Dana PKBL berpengaruh positif terhadap Aktiva Mitra BMT BIC.
H1     =    Penyaluran Dana PKBL tidak berpengaruh positif terhadap Aktiva Mitra BMT BIC.

BAB III ANALISA MASALAH


A.    Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Kuantitatif. Metode Deskriptif Kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi dan variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi.
`           1.  Operasional Variabel
                        Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a.    Variabel bebas (X) dalam bentuk penyaluran dana atau modal kerja
b.    Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini berupa aktiva mitra BMT BIC.
2.    Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang telah tersedia dan dibukukan dalam bentuk laporan, meliputi neraca, artikel, perundang-undangan, dan lain sebagainya.
3.    Metode Pengumpulan Data
a.       Pengamatan
Pengamatan adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan pada objek penelitian.
b.      Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mengumpulkan semua informasi mengenai objek penelitian, terutama tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
4.      Analisis Data
a.       Analisa Deskriptif
Analisis Deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk memperkuat analisis empiris.
b.      Analisa Statistik
Hubungan Penyaluran dana PKBL dengan aktiva mitra BMT BIC dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y = f(X)
Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut :
Y =  a + bX + e
Dimana :
Y  = Aktiva Mitra BMT
a   = Konstanta
b   = Koefisien Penyaluran Dana
X  = Penyaluran Dana PKBL
e   = Standar eror

B.     Sistematika Penulisan
BAB I             Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.      
BAB II           Bab ini berisi pendokumentasian atau pengkajian hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama dan landasan teori. Landasan teori ini berisi teori-teori sebagai hasil dari studi pustaka. Teori-teori yang didapat akan menjadi landasan bagi penulis untuk menteorikan hubungan variabel yang terlibat dalam permasalahan yang diangkat pada penelitian, melakukan pembahasan dan pengambilan kesimpulan mengenai judul yang penulis pilih.
BAB III          Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber data.
BAB IV          Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian. Menguraikan tentang deskripsi data dan analisis hasil regresi.
BAB V           Berisi uraian mengenai kesimpulan dan saran yang dapat penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.













DAFTAR PUSTAKA

Kusumaatmadja, Sarwono. Politik dan Kemiskinan, (Depok: Koekoesan, 2007)
Sasono, Adi. Rakyat Bangkit Bangun Martabat. Cet ke-1, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008).
Stiglitz, Joseph E. Dekade Keserakahan: Era ’90-an dan Awal Mula Petaka Ekonomi dunia. Cet ke-1, (Serpong: Margin Kiri, 2006).
Syarifudin, Efi. “Memperebutkan Pedagang Kecil: Keberadaan BMT dan Rentenir Pada Komunitas Pedagang Kecil Di Banten”, (Oktober, 2010).
Tim FSEI, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Serang: FSEIPRESS, 2011).
Umar, Husein. Research Methods in Finance and Banking. (Jakarta: Gramedia, 2000).
Yunus, Muhammad. Bank Kaum Miskin, Cetakan ke-4 (Jakarta: Margin Kiri, 2008).





[2] Stiglitz, Joseph E. Dekade Keserakahan: Era ’90-an dan Awal Mula Petaka Ekonomi dunia. Cet ke-1, (Serpong: Margin Kiri, 2006), p. 229
[3] Sasono, Adi. Rakyat Bangkit Bangun Martabat. Cet ke-1, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008),  p.80-91
[4]  Menurut BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM, suatu usaha digolongkan sebagai usaha kecil (UK) jika memiliki omset kurang dari 1 miliar per tahun. Sementara Usaha Menengah (UM) adalah usaha yang memiliki omset antara 1-50 miliar per tahun, sedangkan usaha dengan omset di atas 50 miliar rupiah per tahun dikelompokkan ke dalam usaha besar (UB).
[5]  Syarifudin, Efi. “Memperebutkan Pedagang Kecil: Keberadaan BMT dan Rentenir Pada Komunitas Pedagang Kecil Di Banten”, (Oktober, 2010), p.1
[6]  Yunus, Muhammad. Bank Kaum Miskin, Cetakan ke-4 (Jakarta: Margin Kiri, 2008),  p.117
[7]  Kusumaatmadja, Sarwono. Politik dan Kemiskinan, (Depok: Koekoesan, 2007), p.36
[8]  http://islamicfinance.co.id/?p=358 di unduh pada tanggal 16 Februari 2012

Advertisement advertise here